Kebijakan Pertanian Justru Mengungkit Produksi dan Mensejahterahkan Petani

By Admin

Foto/Ilustrasi  

nusakini.com - Pembangunan pertanian saat ini hasilnya fantastis dan berjalan on-the track sesuai roadmap kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.  Jadi tidak benar dikatakan carut marut kebijakan pertanian dan kesejahteraan petani terseok-seok sebagaimana diungkapkan oleh Faisal Basri pada blognya tertanggal 31/1/017. Saya malah kawatir justru dia yang lagi carut marut, ungkap Dr Ana Astrid Kasubag Data Sosial Ekonomi, pada Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Senin, (19/6/2017).

Ana mengatakan “pada era Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, kebijakan yang ditempuh berpihak kepada petani dan mampu menggerakan perekonomian di pedesaan.  Tidak benar carut-marut, kebijakan Mentan yang ditempuh sangat komprehensif dan terstruktur yakni: membenahi regulasi, membangun infrastruktur, teknologi produksi, kemudahan investasi, penanganan tata niaga, pengendalian impor dan mendorong ekspor serta membenahi tata kelola pangan, ujar Ana

Sesuai teori, pembangunan infrastruktur dan riset akan berdampak signifikan dalam pembangunan, maka APBN Kementan fokus pada infrastruktur untuk komoditas strategis dengan pentahapan secara terukur. Sudah dibedah dan dipilih hasil riset terbaik selama ini dan sudah disebarkan melalui program, seperti benih padi Impari, Impago, padi model hazton, tanam jajar legowo, tanam salibu, mekanisiasi dengan alat mesin buatan sendiri dan lainnya.  Setiap rupiah pengeluaran APBN pertanian harus menstimulir perekonomian.  Porsi anggaran untuk petani ditingkatkan dari semula 35 persen menjadi di atas 70 persen.

Untuk diketahui APBN Kementan pada tahun 2016 dan 2017 turun Rp 5 triliun dan Rp 10 triliun dibandingkan tahun 2015 sebesar Rp 32 triliun. Alokasi subsidi pupuk Rp 31 triliun dan benih Rp 1,2 triliun itu relatif konstan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan hasilnya nyata terhadap produksi. Anggaran tersebut sebagian besar untuk investasi infrastruktur sehingga berdampak pada beberapa tahun kemudian, namun ada juga kegiatan fasilitasi sarana produksi benih, pupuk, teknologi budidaya hasilnya berdampak langsung pada produksi.

Hasil dari kebijakan dan program kini terbukti sukses: produksi pangan naik tinggi, tidak impor beras medium, cabai segar, bawang merah konsumsi dan 2017 tidak impor jagung. Nilai tambah dari peningkatan produksi 24 komoditas selama 2 tahun terakhir sebesar Rp 288 triliun dinikmati petani. Indikator kesejahteraan petani juga menunjukkan meningkat. “Jadi tidak benar bila dikatakan anggaran Kementan tidak berdampak pada perekonomian”.

Ana lebih lanjut mengatakan, masalah pangan bukan lagi pada aspek produksi, tetapi pada aspek hilir dan tata niaga “so diterbitkan kebijakan harga bawah dan harga atas untuk melindungi petani dan konsumen. Rantai pasok diperpendek dengan program Serap Gabah Petani dan Toko Tani Indonesia. Guna melindungi petani dari gagal panen diberikan asuransi pertanian, terus guna melindungi petani dari gempuran impor, diterbitkan kebijakan pengendalian impor pangan.  “Ini menunjukkan kebijakan yang tepat dan hasilnya nyata dirasakan langsung oleh petani”

Masalah tata kelola pangan pun ditertibkan oleh Mentan. Guna mengawal program dibentuk Satgas KPK, Kejagung, Polri dan BPKP berkantor di Kementan, program dikawal agar tepat sasaran dan sesuai aturan.  Dibentuk Saber Pungli sehingga bila ada pegawai yang bermain-main proyek maupun pungli langsung dipecat, lebih dari 165 pegawai sudah dimutasi dan demosi.  Dalam rangka menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri digerakkan Satgas Pangan dengan hasil lebih dari 80 kasus diproses hukum.  “Kartel dan mafia pangan diberantas Mentan, supaya tidak bercokol di bumi Indonesia. Bila perlu dicerubin ke laut sebagaimana Bu Susi Menteri KKP menenggelamkan kapal ilegal fishing”, ungkap Ana.

Dampak keseluruhan dari program dan kebijakan menunjukkan trend kemajuan pesat. Produksi padi 2016 sebesar 79,35 juta ton naik 12 persen dibandingkan 2014. Produksi ini tertinggi dicapai selama ini. Indonesia menjadi produsen padi peringkat 3 dunia setelah China dan India. Produksi jagung 23,27 juta ton naik 24 persen sehingga sudah surplus dan tahun 2017 tidak akan impor jagung pakan ternak. Kinerja produksi inilah yang menjadi domain Kementan.

PDB sektor pertanian 2016 tumbuh 3,25 persen dibandingkan 2015. Pada triwulan-I 2017 PDB pertanian menyumbang Rp 306 triliun atau tumbuh 7,12% dibandingkan periode sama tahun 2016.  PDB sektor pertanian tumbuh berarti menunjukkan kinerja bagus.  Neraca perdagangan pertanian tetap surplus di saat krisis global. Neraca perdagangan pertanian Januari-April 2017 surplus Rp 83 triliun dan naik 151 persen dibandingkan tahun sebelumnya.  “Ini kan berarti kebijakan berdampak signifikan, dari semula langganan impor dan kini tidak impor komoditas tersebut, lanjut Ana

Coba dilihat indikator ini, Indikator Nilai Tukar Petani (NTP) tahun 2016 mencapai 101,65 meningkat 0,06% dibandingkan NTP 2015.  Nilai Tukar Usaha Petanian (NTUP) rata-rata nasional tahun 2016 berada di posisi tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Tahun 2016 NTUP mencapai 109,86 atau naik 2,3% dibandingkan tahun 2015.  Penduduk miskin di perdesaan September 2016 sebesar 17,28 juta jiwa turun dari September 2015 sebesar 17,89 juta jiwa. Gini rasio di pedesaan membaik, yakni September 2016 sebesar 0,316, turun dibandingkan September 2015 sebesar 0,329, berarti trend ketimpangan pengeluaran penduduk di desa semakin kecil. Berkaitan dengan upah buruh, diketahui data BPS menunjukkan upah nominal buruh tani meningkat dari tahun ke tahun. Data BPS menyebutkan bahwa upah riil buruh tani bulan Mei 2017 naik 0,29%. “Ini kan menunjukkan kesejahteraan petani membaik, tidak terseok-seok” ungkap Ana. (p/mk)